Sunday, October 28, 2012

"teman kuliah"

Singapore, 28 Oktober 2012

Senang sekali akhir minggu yang panjang ini saya berhasil temu kangen dengan teman-teman kuliah. Intinya supaya dapat 'kejadian' ya harus diniatin.

Beberapa waktu yang lalu, kakak kelas saya di bangku kuliah, mengundang saya dan satu orang teman saya lagi untuk datang ke apartemennya untuk makan lontong bersama dalam rangka Hari Raya Idul Adha. Saya dan teman saya menyambut baik undangan tersebut, sekaligus ajang bertemu kami bertiga.

Lucunya, teman saya dan kakak kelas saya sudah lama di Singapur, tapi belum pernah ketemu di Singapur. Saya sudah hampir 3 bulan di Singapur juga belum sempat bertemu mereka. Jadi, hari itu benar hari baik untuk bertemu. Kami semua cukup semangat untuk dapat bertemu.

Saya lihat di peta bahwa apartemen kakak kelas saya memang jauh, tapi saya tidak menyangka kalau bakalan lebih dari 1 jam perjalanan menuju ke sana. Setelah akhirnya sampai juga, rasanya cukup lega, kemudian bertemu dengan teman saya yang memang janjian bertemu di stasiun itu, saya merasa cukup bersalah karena datang setengah jam lebih lama dari yang saya perkirakan. Untungnya teman saya memanfaatkan waktu tersebut dengan membeli buah tangan berupa tart buah untuk dibawa ke rumah kakak kelas kami.

Apartemen kakak kelas kami dekat sekali ternyata dengan stasiun, mudah sekali dicapai. Setibanya kami, wah makanan lezat ala Indonesia sudah siap selesai dimasak. Ada lontong, yang menurut kakak kelas saya, mbak Putri, harus diimport dari Johor daunnya hahaha... Kemudian ada sayur untuk lontong, ada sambal goreng ati kentang plus petainya, kemudian ada ayam opor, dan yang saya sangat sukai, rendang. Wah puas banget lah makannya, saya sampai nambah. Terakhir, masih belum puas juga menjamu, mbak Putri menyediakan salad buah, yang selain segar, kejunya nikmat sekali. Porsi yang disediakan mbak Putri pun tidak malu-malu, porsinya banyak, jadinya saya gak segan juga makannya ;)




Sepulangnya dari sana, kenyang sekali rasanya, walau begitu saya masih melanjutkan kangen saya dengan teman saya, Fabiola, sampai hampir tengah malam. Waktu beneran tidak terasa berlalunya.

Keesokan harinya, saya akhirnya dapat BBM dari teman kuliah saya yang lain lagi, Yani, bahwa dia dan keluarganya sudah ada di Singapur. Lalu kami pun merencakan untuk bertemu, juga dengan Fabiola. Tempat dan waktunya sudah ditentukan, ayam penyet Ria, Lucky plaza jam 16.30.

Saya dan fabiola menunggu Yani datang di lucky plaza, sambil saya melihat-lihat, akhirnya kami pun menikmati pijat refleksi selama sejam.

Setelah pijat selesai, pas Yani dan keluarga sudah menunggu di Ayam Penyet Ria. Wow, suasana meriah sekali saat kami bertemu. Belum lagi karena memang teman kami yang satu ini ramenya luar biasa :)

Senang sekali bertemu teman-teman, bertukar cerita, bertukar canda, berbicara masa-masa keemasan di masa kuliah, ah senang sekali. Rasanya puas. Menyegarkan sekali bertemu dengan teman kuliah. Bercanda yang cuma kita doang yang mengerti, berbicara dengan pengertian yang luar biasa.



Pelan-pelan memori masa lalu kembali datang, masa-masa yang indah, suka duka yang menyenangkan. Membuat saya merasa sangat bersyukur memiliki teman-teman yang baik, yang sekarang pun sudah pada sukses, bangganya....

Teman kuliah, seperti kata ayah dan ibu saya dulu, nikmati sepuasnya, karena teman kuliah biasanya tulus, tidak seperti teman di kantor ;) Yah,.. dipikir-pikir, benar juga, kebanyakan teman kuliah mengenal kita dengan baik, teman kerja? lain memang...

Yah,.. terima kasih teman temanku, atas pertemuannya :) Menyenangkan sekali buat batin dan jiwa.....

Thursday, October 11, 2012

usaha kopi




Gemas tidak sih mendengar bahwa negara kita masih belum dapat memenuhi permintaan pasar akan kebutuhan kopi sumatera? Saya sebagai orang asli dari sumatera gemas sekali. Tapi kalau saya pikir-pikir, jelas sekali penyebabnya.

1. Tenaga kerja tidak ada. Kampung-kampung di tanah leluhur saya tersebut tidak lagi memiliki anak muda yang sanggup mengerjakan ladang atau perkebunan seperti 30 tahun yang lalu. Mereka ingin mencari kehidupan yang lebih baik dengan berurbanisasi kebanyakan ke Jakarta. Mereka ingin juga dianggap sukses, berpenghasilan besar di kota besar. Tidak tertarik untuk mengerjakan tanah seperti laiknya orang tua mereka.

2. Berkurangnya lahan. Perusahaan perkebunan besar kebanyakan lebih suka menanam kelapa sawit yang notabene yang lebih menguntungkan dibandingkan kopi. Akhirnya produksi kopi tidak dapat bertambah lebih besar lagi.



Sayang sekali sebenarnya mendengar hal ini. Potensi yang besar dari agrobisnis seharusnya dapat menjadi andalan, terlebih karena keunikan kopinya yang sudah terkenal di mata dunia. Jadi sudah setengah jalan proses pemasaran rasanya.

Belum lagi mengetahui bahwa kebanyakan "packaging" kopi sumatera yang dijual di luar negeri (khususnya Amerika) dikerjakan di Singapura karena dianggak kalau pengemasannya di Indonesia, belum dapat memenuhi syarat. Aduh, malu sekali, sekalian sayang sekali kesempatannya.

Saya jadi tertarik untuk melirik bidang agrobisnis ini. Kenapa perusahaan besar tidak tertarik ya? Minimal para orang tua aseli sumatra, yang begitu mengenal lekuk daerahnya, kenapa tidak memanfaatkan kesempatan ini ya? Generasi muda sekarang, yang berpendidikan tinggi, sudah selayaknya berpikir jadi 'entrepreneur'. Jadi pingin pulang kampung, pikir pikir yuks.....

Tautan untuk bacaan tentang kopi:
http://www.bironk.com/kopi-sumatera/

Wednesday, October 10, 2012

Rasa Nasionalis

Satu hal yang saya pelajari setiap kali tinggal agak lama di negara lain, semangat nasionalis saya selalu muncul. Sukar buat saya menjelaskan semangat nasionalis itu apa. Kalau kata wikipedia, Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Benar sih kata Albert Einstein kalau rasa nasionalis ini kebesaran dapat menyebabkan perang dengan negara lainnya. Tapi nasionalis yang muncul dalam diri saya adalah rasa cinta negara saya. Manifestasinya kadang saya merasa bahwa ada banyak hal dari 'negara Indonesia' yang dapat dibanggakan. Bahwa negara sayapun mempunyai hal yang unik yang mungkin tidak dimiliki negara lain. Indonesiapun punya 'kelebihan' dibandingkan negara lain.


Video dalam link di bawah ini menggugah hati sekali. Terlepas dari kecintaan mereka terhadap budaya adat perkawinannya sehingga merasa wajib untuk melaksanakan sesuai dengan kebiasaan, tetapi niat untuk menunjukkan ataupun melakukan budaya itu di negara lain, itu yang luar biasa. Saya paham benar susahnya membawa peralatan tersebut ke Amerika, terlebih Washington DC. Kemudian menggelar acara perkawinan tradisional seperti itu tentunya tidaklah mudah. Luar biasa menurut saya. Terlebih di tengah jaman seperti sekarang ini di mana banyak saudara saya orang Indonesia lebih senang dengan budaya internasional yang kadang jauh lebih sederhana.

http://www.voaindonesia.com/media/video/1522311.html


Video itu memicu saya berpikir kembali tentang nasionalisme yang akhir-akhir ini cukup sering terlintas di pikiran saya. Kali ini saya tinggal di Singapura, negara yang berjarak hanya kurang lebih 2 jam dari Jakarta, dan hanya 30 menit dari Batam, tapi saya bisa melihat dan merasakan bagaimana rakyat Singapura, terlebih yang lahir dan besar di Singapura, sangat mencintai negaranya, cukup berbeda dengan yang saya rasakan di Jakarta. Terlihat bagaimana mereka merayakan "National Day" mereka. Seiring perjalanan waktu saya kemudian mengetahui bahwa setiap hari semasa mereka sekolah, mereka harus menyanyikan lagu kebangsaan mereka, "pledge", belum lagi bagi anak laki-laki pada usia tertentu harus mengikuti kegiatan 'wajib militer'. Mereka sangat menekankan rasa persatuan terlepas dari multi ras yang ada di Singapura, beragam agama dan kepercayaan. Menarik sekali. Tentunya menyanyikan lagu kebangsaan dan wajib militer ini bukan satu satunya faktor penimbul rasa kebangsaan / nasionalis dalam diri mereka. Tapi saya percaya, ini merupakan salah satu faktor. Dibandingkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan hanya sekali seminggu di sekolah ditambah perasaan memiliki agama / suku yang lebih baik dari agama / suku lainnya.

Sebentar lagi di Indonesia akan dirayakan hari Sumpah Pemuda. Indonesia tidak bisa dikatakan gagal dalam menimbulkan semangat kebangsaan. Bukti nyata adalah bahasa Indonesia. Sedikit sekali dalam penemuan saya, orang Indonesia yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Sementara di Singapura, kita bisa bertemu dengan orang yang bahasa Inggrisnya terpatah-patah. Lucunya, saat pertemuan militer, bahasa Melayu terdengar membahana sebagai bahasa perintah dalam pasukan. Jadinya terdengar cukup unik. Saya kembali bangga kalau mengingat Indonesia akan hal ini, bahasa Indonesia terdengar lebih konsisten digunakan di mana pun. Bahasa sebagai salah satu faktor penanda nasionalis, menurut saya.

Berlanjut dengan adat istiadat yang ada di daerah masing-masing. Negara kita kaya sekali akan kebiasaan kebiasaan unik terkait adat. Saya sebagai produk generasi baru, kadang sangat malas terlibat dalam upacara ataupun acara adat saya sendiri. Tapi saat saya berada di negeri lain, terasa sekali adat daerah manapun dari Indonesia, terlihat sangat cantik dan menarik bagi saya. Ada rasa bangga saat melihatnya, terlebih saat orang lain (bangsa lain) melihatnya dengan penuh kekaguman. Itu perasaan saya saat melihat video di atas. Saya jadi merasa sangat mencintai Indonesia, kamu gimana?

Day 1, MY trip

Flying with Citilink, first time outbond abroad with this airlines, quite an experience, okay one. Arrived at the airport, the train was bei...